Peradapan Yang Hilang dalam Sekejap

Pompeii adalah sebuah kota zaman Romawi kuno yang telah menjadi puing dekat kota Napoli dan sekarang berada di wilayah Campania, Itali. Pompeii hancur oleh letusan gunung Vesuvius pada 79 M. Debu letusan gunung Vesuvius menimbun kota Pompeii dengan segala isinya sedalam beberapa kaki menyebabkan kota ini hilang selama 1.600 tahun sebelum ditemukan kembali dengan tidak sengaja.

Semenjak itu penggalian kembali kota ini memberikan pemandangan yang luar biasa terinci mengenai kehidupan sebuah kota di puncak kejayaan Kekaisaran Romawi. Saat ini kota Pompeli merupakan salah satu dari Situs Warisan Dunia UNESCO. Pompeli terletak pada sebelah tenggara kota Napoli, dekat dengan kota modern Pompei saat ini. Kota ini berdiri di lokasi yang terbentuk Dario aliran lava kearah utara di hilir Sungai Sarno (zaman dulu bernama “Sarnus”).

Saat ini daratan ini agak jauh letaknya di daratan, namun dahulu merupakan daerah yang dekat dengan pantai. Pada abat 1M, Pompeii hanyalah salah satu dari sekian kota yang berlokasi di sekitar kaki Gunung Vesuvius. Wilayah ini cukup besar jumlah penduduknya yang menjadi makmur karena daerah pertaniannya subur. Beberapa kelompok kota kecil di sekitar Pompeii seperti Herculancum juga menderita kerusakan atau kehancuran oleh tragedy letusan Vesivius.

Kota Pompeii didirikan sekitar abad ke-6 SM oleh orang-orang Osci, yaitu suatu kelompok masyarakat di Itali tengah. Pada tahun 62 M, sebuah gempa bumi hebat merusakan Pompeii bersama banyak kota lainnya di Campania. Di masa antara tahun 62 M hingga letusan besar Vesuvius tahun 79 M, kota ini dibangun kembali, mungkin lebih megah dalam bidang bangunan dan karya seni dari sebelumnya.

Para penduduk Pompeii, seperti mereka yang hidup di daerah itu sekarang, telah lama terbiasa dengan getaran kecil, namun pada 5 Februari 62M terjadi gempa bumi hebat yang menimbulkan kerusakan yang cukup besar di sekitar teluk itu dan khususnya terhadap Pompeii. Namun, ini mungkin merupakan sebuah gempa tektonik daripada gempa yang disebabkan oleh meningkatnya magma yang terdapat didalam gunung berapi. Sebuah gempa lainnya, yang lebih ringan, terjadi pada 64M, peristiwa ini dicatat oleh Suetonius dalam biografinya tentang Nero, dalam De Vita Caesarun, dan oleh Tacitus dalam buku XV dari Annales karena hal ini terjadi ketika Nero berada di Napoli dan tampil dalam sebuah panggung umum.

Suetonius mencatat bahwa kaisar tidak mempedulikan gempa itu dan terus bernyanyi hingga selesai lagunya, sementara Tacitus mencatat bahwa teater itu runtuh setelah orang-orang didalamnya dievakuasi. Penulis Plinius Muda menulis bahwa getaran bumi itu “tidaklah begitu menakutkan karena sering terjadi di Campania”.

Pada awal Agustus tahun 79, mata air dan sumur-sumur mengering. Getaran-getaran gempa ringan mulai terjadi pada 20 Agustus 79, dan menjadi semakin sering pada empat hari berikutnya, namun peringatan-peringatan itu tidak disadari orang, dan pada sore hari tanggal 24 Agustus, sebuah letusan gunung berapi yang mematikan terjadi. Ledakan itu merusakan wilayah tersebut, mengubur Pompeii dan daerah-daerah pemukimanlainnya. Kebetulan tanggal itu bertepatan dengan Vulcanalia, perayaan Dewa Api Romawi. Laporan saksi mata satu-satunya yang bertahan dan dapat diandalkan tentang peristiwa ini dicatat oleh Plinius Muda dalam dua pucuk surat kepada sejarahwan Tacitus.

Dari rumah pamannya di Misinum, sekitar 35 km dari gunung berapi itu, Plinius melihat sebuah gejala luar biasa yang terjadi di atas gunung Vesuvius sebuah awan gelap yang besar berbentuk seperti pohon pinus muncul dari mulut gunung itu. Setelah beberapa lama, awan itu segera menuruni lereng-lereng gunung dan menutupi segala sesuatu di sekitarnya, termasuk laut yang di dekatnya. “Awan” yang digambarkan oleh Plinius Muda itu kini dikenal sebagai aliran piroklastik, yaitu awan gas yang sangat panas, debu, dan batu-batu yang meletus dari sebuah vulkano.

Plinius mengatakan bahwa beberapa gempa bumi terasa pada saat letusan itu dan diikuti oleh getaran bumi yang dasyat. Ia juga mencatat debu juga jatuh dalam bentuk lapisan-lapisan yang sangat tebal dan desa tempat ia tinggal harus dievakuasi. Laut pun tersedot dan didorong mundur oleh suatu “gempa bumi”, sebuah gejala yang disebut oleh para geologiwan modern sebagai tsunami. Gambarannya lalu beralih kepada fakta bahwa matahari tertutup oleh letusan itu dan siang hari menjadi gelap gulita. Lapisan debu tebal menutupi dua buah kota yang lokasinya dekat dengan kaki gunung Vesuvius, sehingga kedua kota ini menjadi hilang dan terlupakan.

Kemudian kota Herculaneum ditemukan kembali pada 1738, dan Pompeii pada 1748. Kedua kota ini digali kembali dari lapisan debu tebal dengan membebaskan semua bangunan-bangunan dan lukisan dinding yang masih utuh. Sebenarnya, kota ini telah ditemukan kembali pada 1599 oleh seorang arsitek bernama Fontana yang menggali sebuah jalan baru untuk sungai Sarno, namun membutuhkan lebih dari 150 tahun kemudian barulah sebuah upaya/kampanye serius dilakukan untuk membebaskan kota ini dari timbunan tanah.

Raja Charles VII dari dua Sisilia sangat tertarik dengan temu-temuan ini bahkan hingga ia diangkat menjadi Raja Spanyol. Giuseppe Fiorelli mengambil tanggung jawab ekskavasi pada 1860. Hingga saat itu Pompeii dan Herculaneum dianggap telah hilang selamanya. Di kemudian hari, Giuseppe Fiorelli adalah orang yang menyarankan penggunaan teknik injeksi plester terhadap ruangan kosong dalam tubuh korban Vesuvius yang sudah hancur untuk membentuk kembali permukaan tubuh mereka secara sempurna.

Ada teori tanpa bukti yang menyatakan bahwa Fontana menemukan beberapa fresco erotis selama penggalian yang dilakukannya, namun karena norma-norma kesopanan yang amat kuat saat itu ia mengubur fresco-fresko itu kembali. Hal ini diperkuat oleh laporan-laporan penggalian oleh tim lain sesudahnya yang menyatakan bahwa daerah galian tersebut menunjukan suasana telah pernah digali dan dikuburkan kembali.

Forum (bangunan untuk keperluan social), pemandian beberapa rumah/gedung dan sejumlah villa telah dapat diselamatkan dengan baik. Sebuah hotel ditemukan dekat dengan lokasi kota. Fakta menyatakan bahwa Pompeii merupaka satu-satunya situs kota kuno di mana keseluruhan struktur topografinya dapat diketahui dengan pasti tanpa memerlukan modifikasi atau penambahan. Kota ini tidak dibagi sesuai dengan pola-pola kota Romawi pada umumnya dikarenakan permukaan tanah yang tidak datar.

Kota yang menghilang selama berabad-abad ini, begitu membawa nilai sejarah tinggi. Walau yang tersisa hanya puing-puing bangunan akibat letusan Gunung Vesuvius, namun kemegahan sebuah Kota Kuno Pompeii masih dirasakan hingga kini.

Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

1 comments:

  1. Aku dengar letusan gunung berapi nie sangat kuat sehinggakan debu gunung berapi ini tersebar ke seluruh eropah sehingga ke eurosia timur selama 2 bulan.

    ReplyDelete

Peraturan Berkomentar di Blog ini:
1. No live link!! dan Dilarang nyepam disini..!!
2. Jangan menggunakan shortlink